Minggu, 02 Agustus 2009

Jatropha curcas

A. Mengenal dunia Spematophyta

Spermatophyta berasal dari spermatos yang artinya biji dan phyton yang artinya tumbuhan jadi Spermatophyta adalah tumbuhan berbiji dan berpembuluh merupakan tumbuhan yang di anggap sebagai salah satu faktor yang berperan dalam proses dominansi flora di permukaan bumi, dengan kemampuan biji berkecambah dan strukturnya yang mempunyai daya proteksi yang tinggi terhadap embrio yang ada didalamnya, serta persediaan makanan yang cukup untuk mengimbangi tahap-tahap yang kritis pada proses perkecambahan dan perkembangan biji yang menyebabkan tumbuhan biji lebih cepat perkembangannya . spermatophyta atau lebih di kenal sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena alat perkembangbiakanya berupa biji , tumbuhan biji dapat kita temukan dimana-mana karena penyebarannya sangat luas , alat perkembangbiakan spermatophyta terbagi dua berdasarkan keterbukaan / tertutupnya biji yaitu Pinophyta ( Gymnospermae ) dan Magnoliophyta ( Angiospermae ), Pinophyta ( Gymnospermae ) merupakan tumbuhan berbiji terbuka dimana ovulum tidak terbungkus daun buah / karpel pengertian lain tentang pinophyta yaitu tumbuhan yang “minum” dimana serbuk sari masuk ke ruang serbuk melalui penyusutan cairan pada tetes penyerbukan, alat perkembangbiakan tumbuhan pinophyta berupa strobillus jantan dan strobillus betina . sedangkan Magnoliophyta (angiospermae) merupakan tumbuhan yang alat perkembangbiakan generatifnya berupa bunga yang pada umumnya bunga terdiri atas kelopak (kaliks) dan mahkota (corolla), dimana alat reproduksi jantannya dalam stamen yang jumlahnya satu atau banyak sedangkan alat reproduksi betinanya berupa putik (pistilum), putik ada yang hanya terdiri dari satu daun buah ( karpel ) akan tetapi ada juga yang terbentuk dari karpel, ovarimnya dapat terbentuk dari satu atau beberapa karpel yang bersatu yang di dalam ovarumnya terdapat ovulum yang di lekatkan pada plasenta oleh funikulus, Ovulum matang Kelompokkan menjadi lima berdasarkan kedudukan mikrofil terhadap funikulus yaitu :
1. Orthotropous (atropus), mikrofil dan funikulus dalam satu garis lurus
2. Anatropous, mikrofil dan funikulus sejajar
3. Campylotropous, mikrofil dan funikulus sejajar tapi agak berjauhan sehingga mirip bentuk sepatu kuda.
4. Hemianatropous, mikrofil dan funikulus membentuk sudut siku-siku
5. Amphitropous, mikrofil dan funikulus sejajar, kantung embrio melengkung

B. Morfologi spermatophyta

Sebagai salah satu tumbuahan yang mendominasi permukaan bumi spermatophyta juga memilki keanekaragaman yang sangat tinggi , tempat tumbuh dengan ketinggian serta iklim yang berbeda menyebabkan tumbuhan ini sangat bervariasi .dengan perbedaan tersebut tumbuhan biji memiliki morfologi yang sangat bervariasi diantaranya habitusnya dapat berupa pohon, perdu, semak, liana, maupun herba yang memiliki pola percabangan yang simpodial maupun monopidial memiliki daun yang juga memiliki pola pertulangan daun yang berbeda ada yang tulang daun sekundernya mencapai tepi daun (Crapedrodromous), tulang daunya melengkung keatas sebelum mencapai tepi daun dan bertemu dengan tulang daun diatasnya (Brochidodromous ), tulang daunya menjari lurus hingga ke tepi daun (Actinodromous), tulang daunya melengkung dan berkumpul kembali ke apeks daun (Acrodromous) dan tulang daunya melengkung tajam sebelum mencapai apeks daun (Campylodromous). Duduk daun juga merupakan salah satu variasi yang sangat tinggi pada tumbuhan biji , ada yang duduk daunnya beseling , tersebar, berhadapan, berkarang dan roset dan masih banyak lagi perbedaan-perbedaan pada tumbuhan spermatophyta yang menyebabkan keanekaragaman tumbuhan ini sangat tinggi. Dalam sistem klasifikasi secara seriasi tumbuhan spermatophyta yang terdiri dari pinophyta (Gymnospermae) dan magnoliophyta (angiospermae), menyatakan bahwa yang tergolong tumbuhan terprimitif dan termaju dengan mengangkat beberapa perbandingan diantaranya , perbandingan habitusnya ( Herba lebih maju dibandingkan Liana, Semak, Perdu dan Pohon ) dari pola percabangannya (Simpodial lebih maju dibandingkan Monopodial ), jenis daun ( Majemuk lebih maju dibandingkan Tunggal ) , duduk daun ( Roset lebih maju dari berkarang, berhadapan, berseling dan tersebar) , pertulangan daun ( linier lebih maju dari campilodromus, actinodromous, brachidodromous, dan craspedodromous ) , perbungaan (uniseksual lebih maju dari biseksual ), jenis kelamin tumbuhan (dioceous lebih maju dari monoceous ) dan umur tumbuhan (kurang dari satu tahun lebih maju dari 1 tahun, 2 tahun, beberapa tahun dan tahunan ) faktor inilah yang dijadikan dasar untuk klasifikasi sehingga dapat diketahui jenis serta asal usulnya ( kekerabatan ) kini telah diketahui spermatophyta yang terdiri dari pinophyta yang memiliki 4 kelas yaitu Cycadopsida, Coniferopsida , Gnetopsida dan Gingkopsida yang hanya tumbuh di daerah subrotopis seperti di Jepang, Cina dan Amerika utara dan Magnoliophyta memiliki 2 kelas yaitu Magnoliopsida (Dicotylodenae) yang terdiri dari 6 subkelas dan Liliopsida (Monocotyledonae) terdiri dari 4 subkelas.

C. Anatomi Spermatophyta
Spermatophyta atau tumbuhan biji terdiri dari pinophyta dan magnoliophyta yang memiliki perbedaan yang sangat jelas , perbedaan alat perkembangbiakan berupa strobillus pada pinophyta dan bunga pada magnoliophyta . strobillus pada pinophyta memiliki bentuk seperti tonna atau kerucut, sehelai dari strobillus tersebut disebut sebagai mikrosporangium, mikrosporangium berasal berasal dari sel meristem (hypodermal) yang terbagi menjadi dua bagian yaitu sel parietal dan sel archesporial. Sel parietal membentuk 4 lapis sel secara sekaligus yaitu sel epidermis, lapisan kedua yang tetap berdinding tipis, lapisan ketiga memanjang tangensial dan tapetum. Sedangkan sel archesporial berkembang menjadi sel sporogenus yang kemudian berkembang menjadi sel induk mikrospora (SIM). Pembentukan mikrospora diawali dari SIM (2n) yang berdinding selulosa dimana hubungan antar SIM melalui noktah.
Memasuki meiosis hubungan antara SIM dengan tapetum terputus karena terbentuknya dinding kalosa dan hubungan antar sel diganti oleh saluran sitoplasma. SIM tersebut mendapatkan nutrisi dari lapisan ketiga yang dilewatkan oleh tapetum. Selanjutnya SIM membelah menjadi 4 mikrospora dalam bewntuk tetrad yang bersifat haploid (n). Mikrospora yang tetrad ini kemudian dipisahkan oleh enzim kalase menjadi mikrospora yang uniseluler. Masing-masing mikrospora uniseluler ini bersayap 2 dengan berdinding eksin dan intine, proses pembentukan mikrospora didalam mikrosporangium disebut mikrosporogenesis Sedangkan yang dimaksud dengan mikrogametogenesis yaitu proses pembentukan gamet yang dengan Mikrospora yang beersayap dua berkembang menjadi anteridium dan prothallus 1. Dimana prothallus ini memiliki ukuran yang bervariasi. Anteridium membelah menjadi antheridium dan sel prothallus 2. sel prothallus 1 dan sel prothallus 2 berdegenerasi, sedangkan anteridium membelah kembali menjadi sel tabung dan sel generatif. Pembelahan ini terjadi di dalam mikrosporangium. Pembelahan ini terjadi di ovulum (setelah ovulasi) atau pembelahan di atas dapat terjadi secara langsung di mikrosporangium (sebelum polinasi). Selanjutnya sel generatif mengalami pembelahan secara mitosis 1 yang menghasilkan sel tangkai dan sel tubuh. Pada akhirnya sel tubuh membelah secara mitosis 2 dan terbentuklah 2 sel sperma. Pembelahan ini dapat terjadi di sporangium atau di ovulum.
Setelah polinasi, segera berkecambah atau satu bulan kemudian. Mikrospora akan menunggu selama satu tahun didalam nuselus sampai gamet betina matang. Selama menunggu, mikrospora mengalami masa dorman (metabolisme yang sangat minimal). Setelah satu tahun kemudian, mikrospora membentuk buluh serbuk dari bagian dinding sel tabungnya. Didalam buluh serbuk, terbentuk vakuola kecil yang selanjutnya bersatu membentuk vakuola yang besar sehingga mendesak seluruh komponen sel kebawah dan dibentuk sumbat kalose yang berfungsi agar komponen sel yang dibawah tidak kembali ke atas. Sel tubuh mengalami pembelahan secara mitosis 2 dan menghasilkan dua sel sperma. Pembelahan ini terjadi saat mikrospora ada di ovulum.
Adapun Gamet yang dihasilkan dari mikrogametogenesis pinus adalah satu sel tabung, satu sel tangkai, dan dua sel sperma.
Pada magnoliophyta (angiospermae) merupakan tumbuhan yang memiliki bunga , berpembuluh dan merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang dapat melakukan fertilisasi ganda sebab mikrogametogenesis menghasilkan 3 sel, 2 sel generatif dan 1 sel vegetatif. 2 sel generatif ini yang satu membuahi ovum / sel telur dan yang satunya membuahi inti kandung lembaga sekunder.
Pembentukan spora terjadi pada sporangium. Sporangium terdapat pada anthera, 1 anthera memiliki 4 sporangium, dibagian tengah sporangium terdapat jaringan yang steril yang disebut konektif. Disetiap sisi anthera memiliki 2 sporangium yang letaknya terpisah.
Pembentukan SIM (sel induk mikrospora) bermula dari dinding yang belum terdiferensiasi membentuk epidermis dan archesporium. Sel epidermis tidak terdiferensiasi lagi, sel epidermis ini berfungsi sebagai jaringan pelindung pembelahannya antiklinal. Sedangkan archesporium membelah secara periklinal (sejajar dengan tepi) menghasilkan sel parietal primer dan sel sporogenus primer.
Sel parietal primer membelah menjadi sel parietal sekunder, yang satu terletak dibagian luar yang satu agak ke dalam. Sel parietal sekunder bagian luar akan berdiferensiasi menjadi endotesium dan lapisan tengah atas yang membentuk lapisan tengah berisi pati, sebagai cadangan makanan dan bersifat persisten. Sel parietal sekunder berdiferensiasi membentuk lapisan tengah dan tapetum yag berfungsi melalukan nurtisi makanan dari lapisan tengah ke sel induk mikrospora, mensintesis enzim kalase untuk melarutkan kalose untuk melepaskan tetrad, mempengaruhi viabilitas butir pollen, berperan dalam pembentukan dinding polen, yaitu menghasilkan sporolenin selama post meiosis, menghasilkan polenkint dan trypine, menghasilkan protein yang penting dalam kompatibilitas untuk penyerbukan.
Sel sporogenus primer merupakan lapisan yang paling dalam berkembang menjadi sel sporogenus sekunder kemudian berkembang lagi menjadi SIM. Jaringan sporogenus ini dapat berfungsi langsung sebagai sel induk mikrospora atau melalui beberapa kali pembelahan.


Mikrosporogenesis
Dimulai dari SIM (2n) meiosis 4 mikrospora yang tetrad. Sel sporogenesis berfungsi sebagai SIM (sel induk mikrospora), SIM ini mengalami mitosis untuk memperbanyak selnya, kemudian mengalami meiosis yang menghasilkan 4 mikrosopora. SIM yang berdinding selulosa masih berhubungan dengan tapetum melalui plasmodesmata, ketika akan melakukan meiosis hubungan SIM dengan tapetum terputus sehingga dinding SIM menebal karena kalose. Kemudian hubungan antar SIM digantikan oleh sitoplasma. Putusnya hubungan tapetum dan SIM karena untuk mempersiapkan diri untuk melakukan meiosis.
Kemudian SIM mengalami pembelahan meiosis menjadi 4 mikrospora yang haploid dalam bentuk tetrad agar mikrospora dapat memisah satu sama lain dari tetradnya maka enzim kalase menetralkan kalose yang mengikat tetrad. Seiring dengan memisahnya sel-sel tetrad dibentuk juga dinding pollen.
Mikrogametogenesis
Sebelum melakukan mitosis, vakuola yang terdapat pada mikrospora makin lama, makin membesar dan mendorong inti ke arah bawah. Kemudian inti sel tersebut melakukan mitosis menghasilkan 1 ini sel vegetatif dan inti sel generatif yang belum memiliki dinding. Inti sel generatif kemudian membentuk dinding karena sudah terbentuk dinding sel generatif tersebut melepaskan diri dari dinding pollen. Pada butir pollen yang matang sel generatif memanjang. Yang kemudian melakukan mitosis 2 membentuk 2 sel sperma. Setelah mitosis 2 maka terbentuk 3 sel yaitu 1 sel vegetatif dan 2 sel sperma yang disebut gametofit jantan. Mitosis 2 dapat terjadi satt pollen masih dalam anthera atau setelah dilepaskan. Sehungga ada dua Janis butir pollen yang dilepaskan, yaitu butir pollen dengan 2 sel dan butir pollen dengan 3 sel.


D. Klasifikasi Spermatophyta

Dari masa ke masa klasifikasi mengenai spermatophyta mengalami perkembangan yang didasarkan pada beberapa faktor yaitu berdasarkan keperluan manusia atau yang disebut sebagai klasifikasi artifisial yang dikemukakan oleh lawrence, lawrence membagi spermatophyta menjadi gymnospermae dan angiospermae yang kemudian angiospermae dibagi menjadi monocotiledonae dan dicotiledonae yang terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan ada tidaknya petal (helaian mahkota) yaitu dialypetalae, sympetalae dan apetalae yang kemudian dikembangkan lagi oleh hutchinson yang tetap membagi spermatophyta menjadi gymnospermae dan angiospermae , kemudian angiospermae dibagi lagi menjadi monocotiledonae dan dicotiledonae akan tetapi pada monocotiledonae mengalami perubahan dan terbagi menjadi 2 yang didasarkan pada habitusnya yaitu lignosae dan herbasae kemudian pada monocotiledonae juga mengalami perubahan menjadi calyciferae , corolliferae dan glumiflorae ini didasarkan pada alat perkembangbiakannya yaitu bunga . namun tidak lama kemudian Cronquist membagi spermatophyta menjadi 2 dengan mengangkat derajat gymnospermae dan angiospermae menjadi devisi yaitu gymnospermae menjadi Pinophyta dan angiospermae menjadi Magnoliophyta, pada Magnoliophyta dibagi menjadi 2 kelas yaitu magnoliopsida (dicotiledonae) dan liliopsida (monocotiledonae) pembagian Cronquist ini didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antartakson. Pembagian Cronquist inilah yang saat ini digunakan


E. Taksonomi Spermatophyta
Secara umum taksonomi spermatophyta
DEVISIO : SPERMATOPHYTA
Devisio : Pinophyta
Class : Cycadopsida
Ordo : Pteridospermales (punah)
Ordo : Pnetoxilales (punah)
Ordo : Cycadeoidales (punah)
Ordo : Caytoniales (punah)
Ordo : Glossopteridales (punah)
Ordo : Cycadales
Familia : Cycadaceae
Genus : Cycas
Species : Cycas rumpii
Cycas revulota
Cycas circinalis
.........................

Familia : Zamiaceae
Genus : Zamia
Species : Zamia .sp
Encephalartos . sp
...............................
Genus : Macrozamia
Genus : Dioon

Class : Coniferopsida
Ordo : Cordaitales (punah)
Ordo : Protopityales (punah)
Ordo : Taxales (punah)
Ordo : Coniferales
Familia : Podocarpaceae
Genus : Podocarpus
Species : Podocarpus imbricatus
Podocarpus polystachyus
........................................

Genus : Phyllocladus
Species : Phyllocladus hypophylus
.......................................


Familia : Araucariaceae
Genus : Araucaria
Species : Araucaria cuninghami
Araucaria .sp
Araucaria heterophylla
..................................
Genus : Agathis
Species : Agathis alba
..............................

Familia : Cupressaceae
Genus : Cupressus
Species : Cupressus . sp
......................
Familia : Pinaceae
Genus : Pinus
Species : Pinus merkusii
Pinus silvertris
Pinus. Sp
Pinus longaeva
Pinus contorta
...............................
Beberapa jenis anggota conifer lain yang tidak mempunyai daun seperti jarum dan berbeda dalam sistem reproduksinya tetapi relatif homogen yaitu :
Species : Sequoia sempevirens
Sequoiadendrom giganteum
Abies balsamine
Juniperus
Pseudotsuga
Taxodium
...............................

Class : Gnetopsida
Ordo : Gnetales
Familia : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Species : Gnetum gnemon
Gnetum ulva
Gnetum . sp ...............................
Familia : Ephedraceae
Genus : Ephedra
Species : Ephedra .sp
........................

Familia : Welwitisiaceae
Genus : Welwitischia
Species : Welwitischia . sp
...........................

Class : Ginkgopsida
Ordo : Ginkgoales
Familia : Ginkgoaceae
Genus : Ginkgo
Species : Ginkgo biloba (The living
fossils)
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Magnollidae
Ordo : Aristolochiales
Ordo : Illiciales
Ordo : Ranunculales
Ordo : Papverales

Ordo : Magnoliales
Familia : Magnoliaceae
Genus : Michelia
Species : Michelia alba
Michelia champaka
Manglieta glauca
................................

Familia : Annonaceae
Genus : Annona
Species : Annona Muricata
Annona squomosa
Annona reticulata
Canang ordonata
............................

Ordo : Laurales
Familia : Lauraceae
Genus : Persea
Species : Persea americana
..............................
Genus : Casytha
Species : Casytha filiformis
...............................

Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper betle
Piper aduntum
Peperonia sandesii
..............................

Ordo : Nymphales
Familia : Nymphaceae
Genus : Nymphae
Species : Nymphae nouchali
Nymphae stellata
...............................

Subclass : Hammamelidae
Ordo : Trochodendrales
Ordo : Hammamelidales
Ordo : Daphnyphyllales
Ordo : Eicommiales
Ordo : Urticales
Ordo : Leitnariales
Ordo : Juglandales
Ordo : Myricales
Ordo : Casuarinales
Familia : Casuarinaceae
Genus : Casuarina
Species : Casuarina equisetifolia
Casuarina sumatrana
....................................

Subclass : Caryophyllidae
Ordo : Polygonales
Ordo : Plumbaginales
Ordo : Caryophyllales
Familia : Phytolacaceae
Familia : Achatocarpaceae
Familia : Didieraceae
Familia : Aizoaceae
Familia : Basellaceae
Familia : Molluginaceae
Familia : Chenopodiaceae
Familia : Portulaceae
Species : Portulaca oleracea
..............................
Familia : Caryophillaceae
Species : Drymaria cordata
Dianthus plumaris
..............................
Familia : Nyctaginaceae
Species : Mirabilis jalapa
Bougainvillea . sp
Pisonia alba
............................

Familia : Cactaceae
Species : Opuntia vulgaris
Phylocactus . sp
...............................

Familia : Amaranthaceae
Species : Amaranthus. sp
Celosia .sp
Gomphrena globosa
..............................
Subclass : Dilleniidae
Ordo : Violales
Ordo : Capparales
Ordo : Ericales
Ordo : Theales
Familia : Theaceae
Genus : The
Species : The sinensis
......................
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Species : Hibiscus rosa sinensis
Hibiscus arceri
Sida acuta
...........................

Ordo : Dilleniales
Familia : Dilleniaceae
Genus : Dillenia
Species : Dillenia. Sp
.........................
Ordo : Lecythidales
Ordo : Nepenthales
Ordo : Salicales
Ordo : Batales
Ordo : Diapensales
Ordo : Ebenales
Ordo : Primulales

Subclass : Rosidae
Ordo : Rosales
Familia : Rosaceae
Species : Rosa hybrida Rosa rosaefolius Pyrus malus ..........................
Ordo : Fabales
Familia : Mimosaceae
Species : Acacia auriculiformis
Calliandra calothyrsus
Mimosa pudica
Leucaena leucocephala
.................................
Familia : Caesalpiniaceae
Species : Bauhinia purpurea
Caesalphinia pulcherina
Delonix regia ........................................
Familia : Fabaceae
Species : Clotararia anagytoides
Sesbania grandiflora
Centroma pubescens
Phaseolus vulgaris
.....................................
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Species : Psidium guanjava
Syzigium jambos
Syzigium aqueum
Eucalyptus alba ...........................
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Species : Acalypha wilkensiana
Euphorbia pulcherima
Saurupus androgymus
Ricinus communis
................................
Ordo : Sapindales
Familia : Anacardiaceae
Species : Mangifera indica
Mangifera odorata
Anacardium occidentale ......................................
Familia : Rutaceae
Species : Citrus grandis
Citrus aurantifolia
Murraya paniculata .................................
Ordo : Apiales
Familia : Apiaceae
Species : Apium graveolens
Daucus carota
Petroselium vulgare
................................
Ordo : Geraniales
Ordo : Rhamnales
Ordo : Linales
Ordo : Polygalales
Ordo : Rhizophotales
Ordo : Cornales
Ordo : Santanales
Ordo : Rafflesiales
Ordo : Cetastrales
Ordo : Proteales
Ordo : Podostemales
Ordo : Haloragales

Subclass : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Species : Solanum nigrum
Solanum tuberosum
Lycopersecum lycorpesicon
Capsicum anuum
........................................

Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Species : Ocimum basilicum
Orthosiphon stamineus
Salvia .sp
.................................
Ordo : Rubiales
Familia : Rubiaceae
Species : Coffea arabica
Ixora japanica
Mussaenda erythrophylla
Morinda citrifolia
...................................

Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Species : Dahlia hybrida
Tihonia diversifolia
Helianthus anuus
Gynura crepidiodes
..................................

Ordo : Callitrichales
Ordo : Plantaginales
Ordo : Gentiales
Ordo : Scrophulariales
Ordo : Campanulales
Ordo : Dipsacales
Ordo : Calycerales









Class : Liliopsida
Subclass : Aracidae
Ordo : Arecales
Familia : Arecaeae
Species : Areca catechu
Cocos nusifera
Arenga pinnata
...........................

Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Species : Freycinettia insignis
Pandanus tectorius
Pandanus amboinensis
....................................
Ordo : Arales
Familia : Araceae
Species : Anthurium crystallinum
Colocasia esculenta
Amorphopalus campanulatus
.............................................

Ordo : Cycanthales

Subclass : Commelinidae
Ordo : Commelinales
Familia : Commelinaceae
Species : Rhoeo discolor
Tradescantia Virginia
Zebrina pendula
......................................

Ordo : Cyperales
Familia : Poaceae
Species : Zea mays
Oryza zativa
Coix lacrima jobi
...........................
Familia : Cyperaceae
Species : Cyperus ratundus
Kyllinga monocephala
...................................

Familia : Cyperaceae
Ordo : Hydatellales
Ordo : Typhales
Ordo : Eriocaulales
Ordo : Restionales
Ordo : Juncales

Subclass : Zingiberidae
Ordo : Zingiberiales
Familia : Heliconiacae
Genus : Heliconia
Species : Heliconia metalica
Heliconia hibai
.............................
Familia : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradiceaca
Musa zebrina
Musa textilis
...........................

Familia : Zingiberaceae
Species : Alpinia galanga
Curcuma domestica
Zingiber officinale
..............................

Familia : Costaceae
Familia : Cannaceae
Familia : Marantaceae
Familia : Steriliziaceae
Familia : Lowiaceae
Subclass : Liliidae
Ordo : Liliiales
Familia : Liliaceae
Species : Aloe vera
Gloriosa superba
Hemerocalis flava
.............................

Familia : Iridaceae
Species : Belamcanda chinensis
Gladiolus gandavensis
...................................
Familia : Agavaceae
Species : Agave sisalana
Pleomele augustifolis
Polianthes tuberosa
..................................
Familia : Xanthorroeaceae
Familia : Hanguanaceae
Familia : Taccaceae
Familia : Stemonaceae
Familia : Smilacaceae
Familia : Dioscoreaceae
Familia : Phylidraceae
Familia : Pontederiaceae
Familia : Haemodoraceae
Familia : Cynastraceae
Familia : Velloziaceae
Familia : Aloaceae
Ordo : Orchidales
Familia : Orchidaceae
Species : Vanda tricolor
Vanilla planifolia
Spathoglottis plicata
.................................

Familia : Geosiridaceae
Familia : Bumanniaceae
Familia : Corsiaceae

MENGENAL FAMILIA EUPHORBIACEAE

F. Taksonomi Familia Euphorbiaceae

Kingdom : Plantae
Devisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Species : Jatropha curcas ( Jarak pagar )

G. Morfologi Familia Euphorbiaceae

Pada familia Euphorbiaceae merupakan familia termaju setelah familia familia dari sub kelas Asteridae . familia ini memiliki 300 marga dan terdiri dari 7200 species . familia ini dapat tumbuh di daerah subtropis dan tropis yang mana memiliki karasteristik berupa habitus yang bermacam-macam yaitu dapat berupa pohon, perdu, sukulen, herba dan bergetah oleh kerena itu kemajuan dan keprimitipan familia Euphorbiaceae jika ditinjau dari habitusnya akan bermacam-macam berdasarkan pengskoran skala filogeni (seriasi ) yang menyatakan bahwa tanaman yang habitusnya herba lebih maju dari tanaman yang habitusnya berupa pohon, kemudian daun dapat tunggal atau majemuk , tingkat kemajuan dan keprimitipan familia Euphorbiaceae ini juga akan beraneka ragam berdasarkan daunnya sebab familia Euphorbiaceae memiliki kedua ciri yaitu ciri yang memperlihatkan kemajuan dan juga keprimitipan, duduk daunnya dapat berhadapan ataupun tersebar , memiliki stipula yang besar. perbungaannya familia Euphorbiaceae yaitu bunga dapat tunggal atau majemuk, unisex , dapat berumah 1 dan berumah dua artinya alat perkembangbiakannya dapat ditemukan dalam satu tanaman atau dapat ditemukan secara terpisah dalam tanaman tersebut, perianthium, perigonium atau apetal , sepal dan petal 2 sampai 5 , bunga jantannya 1 hingga banyak stamen dengan filamen lepas atau monodelhus, bunga betina ovarium superum , karpel 3 dengan ruang 2 sampai 4 dengan 1 sampai 2 ovul per ruang, stilus 3 lepas atau bersatu dan memiliki 3 stigma. Perbuahan Familia Euphorbiaceae dapat tunggal berupa bacca, drupa, atau capsula . salah satu species dari familia Euphorbiaceae ini yaitu Jatropha curcas yang akan dibahas lebih lanjut pada bab selanjutnya

MENGENAL JATROPHA CURCAS
H. Morfologi Jatropha curcas
Jatropha curcas merupakan salah satu species dari familia Euphorbiaceae yang mana tanaman ini memiliki nama yang sangat banyak yang disebabkan penyebaranya sangat luas hingga tiap daerah memberikan nama yang berbeda diantaranya Sunda (jarak kosta, jarak budeg), Jawa (jarak gundul, jarak pager), Madura (kalekhe paghar), Bali (jarak pager), Nusatenggara (lulu mau, paku kase, jarak pageh), Alor (kuman nema), Sulawesi (jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene), Maluku (ai huwa kamala, balacai, kadoto).
Jatropha curcas atau tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubikayu. Pohonnya berupa perdu dengan tinggi tanaman 1-7 m , bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris bila terluka mengeluarkan getah. Daunya berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, tulang daun menjari dengan 5 - 7 tulang utama, warna daun hijau ( permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas). Panjang tangkai daun antara 4 - 15 cm. Bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan, muncul diujung batang atau ketiak daun. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2 - 4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi 3 ruang yang masing - masing ruang diisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30 - 40 % , selain itu Jatropha curcas juga memilki khasiat berupa Daun Jatropha curcas berkhasiat sebagai obat cacing, obat perut kembung dan obat luka. Serta memiliki kandungan kimia pada bagian Daun dan batang Jatropha curcas mengandung safonin, flavonoida dan polifenol, sedangkan daunnya juga mengandung tanin.

I. Anatomi Jatropha curcas

Selain morfologi Jatropha curcas memiliki struktur anatomi yaitu :
Daun mikroskopik pada Jatropha curcas Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk empat persegi panjang dengan dinding kutikula tebal; jaringan palisade terdiri dari satu lapis sel silindrik, rapat, diantaranya terdapat sel berisi hablur kalsium oksalat bentuk roset, besar. Jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel yang rapat satu sama lain, diantaranya terdapat sel bundar, lebih besar berisi hablur kalsium oksalat bentuk roset. juga terdapat sel ekskresi epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel yang lebih kecil dari pada epidermis atas. Pada tulang daun terdapat berkas pembuluh tipe bikolateral, pada jaringan floem terdapat hablur kalsium oksalat bentuk roset, kecil-kecil. Pada sisi atas dan bawah terdapat kolenkim. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas berbentuk poligonal dengan dinding tebal; stomata tipe tipe parasitik. Epidermis bawah sel lebih kecil dari pada epidermis atas, berbentuk poligonal dengan dinding antiklinal lurus, tebal; stomata tipe parasitik. Serbuk berwarna hijau. Fragmen pengenal adalah epidermis atas bentuk poligonal, dinding tebal, lurus; epidermis bawah bentuk sama dengan epidermis atas tetapi lebih kecil; stomata tipe parasitik. Mesofil dengan hablur kalsium oksalat besar- besar bentuk roset, pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan spiral; parenkim floem dengan hablur kalsium oksalat roset kecil; saluran sekresi yang terdiri dari beberapa sel sekresi.

Bagian akar dilindungi oleh epidermis , Epidermis adalah jaringan pelindung dan terdiri atas satu lapisan sel yang tersusun padat. Di bawah epidermis ini ada daerah yang relatif tebal, korteks. Korteks tersusun dari sel-sel yang tidak terspesialisasi secara struktural, sel parenkima, dengan ruang antar sel yang luas. Lapisan terdalam korteks terdiri atas sebaris sel, disebut endodermis. Terdapat penebalan sebagai jalur Caspary atau pita Caspary. Bagian tengah akar dinamakan silinder pembuluh. Silinder ini terdiri atas jaringan penyalur air, xylem dan jaringan penyalur makanan, floem.Antara jaringan pembuluh (xylem dan floem) dan endodermis ada lapisan sel parenkima yang tak terspesialisasi, perisikel, yang berasal dari kumpulan sel meristematik. Xilem terdiri atas sel-sel penyalur yaitu trakeid dan anggota pembuluh maupun serat dan parenkima. Parenkima merupakan semacam jaringan pengisi dan berfungsi dalam penyimpanan makanan. Floem terdiri atas anggota pembuluh tapis, sel pengiring, serat dan parenkima.Anggota pembuluh tapis dikenal sebagai jaringan pembuluh tapis dan berfungsi dalam transkolasi zat-zat organik khususnya. Terdapat jaringan merismatik yang dinamakan kambium pembuluh yang mengelilingi xilem. Sel-sel cambium pembuluh membelah diri dan menghasilkan unsur-unsur xilem kea rah dalam dan unsur-unsur floem ke arah luar. Jaringan tersebut dinamakan xylem sekunder dan floem sekunder.

Pada bagian batang juga terlidungi oleh epidermis yang mana epidermis diliputi oleh bahan yang bersifat seperti lipoid yang sangat resisten disebut kutin. Lapisan kutin yang tipis ini dinamakan kuitikula. Pertukaran gas berlangsung melalui stomata. Daerah antara epidermis dan jaringan pembuluh dinamakan korteks yang terdiri dari 3 jaringan : parenkima, kolenkimadan sklerenkima. Parenkima dapat menyimpan makanan dan juga menghasilkan makanan pada batang yang masih hijau. Kolenkima dan sklerenkima bermanfaat untuk memperkuat jaringan. di sebelah dalam korteks ialah silinder pembuluh, yang mengandung jaringan pembuluh. Jaringan pembuluh tersusun di bagian batang muda dalam tali yang disebut berkas pembuluh. Berkas pembuluh tersusun dalam lingkaran mengelilingi empulur.

Daun makroskopik, Fungsi utama daun adalah menjalankan sintesis senyawa-senyawa organic dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang diperlukan, suatu proses yang dikenla sebagai fotosintesis. Tulan daun yan tampak dalam helaian daun (bagian daun yang melebar) mengandung jaringan pembuluh. Pada jaringan parenkimatik (mesofil) yang berkedudukan di antara epidermis daun bagian atas dan bawah, ada dua daerah yang dapat dibedakan : bagian atas-parenkima palisade (jaringan pagar)-terdiri atas sel-sel memanjang, dan bagian bawah-parenkima spongiosa (jaringan bunga karang)-terdiri atas sel-sel berbentuk tidak teratur dengan ruangan antarsel yang luas. Setiap stoma terdiri atas dua sel pengawal yang mengelilingi lubang celah (apertur). Stoma dapat membuka dan menutup dengan apertur,dan dengan demikian mengatur pemasukan dan pengeluaran gas kedan dari daun.

Bunga terdiri atas sekumpulan daun yang khas : daun kelopak (sepal), daun mahkota (petal), benang sari (stamen), dan daun buah (karpel). Ke semua sepal, yang biasanya berwarna hijau, secara kesatuan disebut kelopak bunga (kaliks); semua petal yang biasanya berwarna-warni dan menarik, bersama-sama merupakan mahkota bunga (korola). Setiap stamen terdiri atas tangkai (filamen) mendukung kepala sari (anter) tempat serbuk sari berkembang. Serbuk sari berisi gamet jantan (sel sperma). Karpel berupa organ tunggal atau dapat sebagai kumpulan, dan membentuk putik (pistil), yang terdiri atas 3 bagian yang dapat dibedakan : bagian dasar-bakal nuah (ovarium); bagian tengah yang ramping-turus (stillus); dan bagian atas-kepala putik (stigma). Ovarium mengandung bakal biji (ovul) yang melekat pada papan biji (lokul); ovul ini menghasilkan gamet betina-sel telur. serbuk sari disebarkan oleh angina atau serangga dari kepala sari yang masak ke kepala putik bunga. Proses ini disebut penyerbukan. Serbuk sari berkecambah pada kepala putik untuk membentuk tabung sari, yang berisi dua sel sperma. Bila tabung sari berhasil menembus bakal biji, salah
satu dari sel sperma membuahi sel telur dan terbentuklah zigot. Pada taraf ini, karpel mulai tumbuh dan membentuk buah dan selanjutnya ovul berubah menjadi biji. Embrio berkembang dari zigot.

J. Budidaya sederhana Jatropha curcas

1. Buatlah lahan untuk penanaman baik itu berupa bedengan, atau tempat yang memungkinkan tanaman Jatropha curcas dapat tumbuh
2. Pilihlah biji Jatropha curcas yang baik untuk di tanam, ( besar dan tidak cacat atau rusak )
3. Rendamlah biji Jatropha curcas sebelum penanaman
4. Tanamlah biji Jatropha curcas dengan posisi bagian putih pada biji Jatropha curcas berada di tanah
5. Penanaman biji Jatropha curcas jangan sampai terlalu dalam
I. Tahap-tahap perkembangan Jatropha curcas
( Fotografi hasil penanaman sederhana )
1. Jatropha curcas pada awal penanaman

Kulit dan Biji Jarak















2. Jatropha curcas pada minggu pertama
( 7 hari )



3. Jatropha curcas pada tahap 8 hari




4. Jatropha curcas pada tahap 9 hari





5. Jatropha curcas pada tahap 10 hari



6. Jatropha curcas pada tahap 11 hari




7. Jatropha curcas pada tahap 12 hari



8. Jatropha curcas pada tahap 13 hari



9. Jatropha curcas pada tahap minggu ke 2 ( 14 hari )


10. Jatropha curcas pada tahap 15 hari



11. Jatropha curcas pada tahap 16 hari




12. Jatropha curcas pada tahap 17 hari






K. Budidaya Jatropha curcas ( Mutu Berkwalitas dan bernilai ekonomi tinggi ) di indonesia
Dengan tingkat pertumbuhan Tanaman Jarak di Indonesia yang sangat tinggi dan sangat baik karena kesesuaian iklim dan tanah, sehingga tumbuh bisa merata sebagai gulma. Namun karena hasil dari tanaman ini bisa diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis, maka tanaman ini kini mulai di budidayakan di indonesia .
Terdapat beberapa cara penanaman Jatropha curcas di indonesia agar dapat memiliki kwalitas dan nilai ekonomi yang sangat tinggi yaitu :
1. SYARAT PERTUMBUHAN , Syarat tumbuh tanaman jarak membutuhkan air 350-500 ml air sepanjang pertumbuhannya. Disamping faktor air, tanaman jarak ini membutuhkan syarat temperatur 20º-30ºC sepanjang hidupnya, serta ketinggian tempat yang optimal adalah 0-800 m dpl. Keluarnya biji akan sangat berkurang atau minim jika suhu mencapai 40ºC atau lebih .
2. PERSIAPAN LAHAN , Pemilihan lahan yang akan digunakan untuk budidaya tanaman jarak ini biasanya memilih tanah yang kurang produktif ataupun kurang pengairan, dan ini biasanya di daerah marginal / kritis, karena tanaman jarak ini tidaklah terlalu membutuhkan syarat-syarat khusus, seperti halnya tanaman perdu lainnya. Pengolahan tanah yang standar adalah pembuatan lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30cm x 30cm dan jarak tanam antar barisan 2-4 meter dan jarak dalam barisan 1-2 meter tergantung varietas yang dipilih. Persiapan tanah yang bisa juga dilakukan adalah membersihkan dari gangguan gulma, terutama akar-akar ilalang yang menghasilkan alelopati / senyawa penghambat tumbuh tanaman lain. Selain itu jarak juga memiliki drainase yang baik dan dapat tumbuh pada pH tanah berkisar 5,0 – 6,5.

3. PEMBIBITAN, Biji jarak dapat ditanam 2-3 butir biji perlubang langsung di lahan kemudian pilih tanaman yang terbaik pertumbuhannya untuk dibudidayakan. Pemeliharaan tanaman muda dilakukan dengan menyemprot dengan POC NASA dosis 2-3 tutup per tangki seminggu sekali pada pagi hari.
4. PEMELIHARAAN, Yang penting diperhatikan adalah tanaman jarak ini mempunyai sifat kurang suka air sehingga kelebihan air (terendam) justru akan merugikan pertumbuhan tanaman, namun jika panas terik berlangsung hingga 3-4 bulan penyiraman perlu sesekali dilakukan untuk menghindari kematian akibat kekeringan. Lakukan penyiangan gulma jika tanaman mulai terganggu baik pertumbuhan bagian atas dalam persaingan terhadap cahaya maupun perakaran yaitu penyerapan hara.

5. PEMUPUKAN, Untuk pertumbuhan yang baik berikan pupuk dasar yaitu pupuk kandang di samping pupuk anorganik pada saat tanam. Jenis Pupuk Dosis (kg/ha) Waktu Pemupukan Urea 50 Saat tanam SP-36 75 Saat tanam KCl 50 2 minggu setelah tanam Urea 100 1 bulan setelah tanam

Catatan : Tidak berlaku mutlak/bervariasi untuk masing - masing daerah.* Akan lebih baik ditambah SUPERNASA atau POWER NUTRITION dosis 1 botol untuk ± 200 tanaman . Satu botol SUPERNASA atau POWER NUTRITION diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman perpohon. Penyemprotan dengan POC NASA dosis 3-4 tutup + HORMONIK dosis 1 tutup per tangki setiap 1 bulan sekali dianjurkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas.

6. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT, Tanaman jarak sebenarnya jarang diserang hama ataupun penyakit, namun bisa jadi terserang jika saja kondisi lahan kurang bersih ataupun ada semak yang dapat menjadi inang sementara bagi hama-hama tertentu. Pengendalian hama terpadu yaitu dengan menjaga kebersihan lahan merupakan tindakan preventif yang paling mudah dilakukan sebelum hama menjadi tak terkendali dan merugikan. Hama yang kadang menyerang tanaman jarak adalah sejenis kutu putih. Tanaman jarak sering tumbuh liar sehingga kutu putih sering menjadikannya inang sementara. Untuk pencegahannya gunakan PESTONA dan PENTANA + AERO 810 secara bergantian. Disamping kutu putih , jarak juga mungkin diserang ulat yang menyerang daun, yang bisa dicegah dengan PESTONA dan PENTANA + AERO 810 Lakukan penyemprotan dengan PESTONA dan PENTANA + AERO 810 secara bergantian untuk pencegahan , satu minggu sekali disemprotkan merata di atas dan di bawah helai daun . Sebagai pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan jamur, sebaiknya sebelum tanam disebarkan 1 pak Natural GLIO ditambah 25-30 kg pupuk kandang dan didiamkan seminggu.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternatif terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

7. MASA PANEN, Masa berbunga terjadi setelah tanaman berumur sekitar 60-70 hari dan buah mulai dapat dipanen setelah umur tanaman sekitar 100-110 hari, yang biasanya jatuh dimusim panas yaitu bulan Agustus hingga Oktober. Buah yang terlambat panen akan melenting dan berhamburan sehingga disarankan panen harus benar-benar tepat waktu. Produksi yang dapat dicapai sekitar 1-3 ton/ha.

8. PEMANFAATAN HASIL, Pada masa Jepang minyak jarak diolah menjadi minyak pelumas persenjataan yang handal, karena sangat kental, Berat jenisnya  ± 0,96 dan sangat sukar untuk dilarutkan, sehingga mudah dibedakan dari minyak lain. Sebagian besar produksinya dipergunakan sebagai minyak lumas untuk mesin yang berputar cepat; salah satu keuntungan dari minyak jarak ini adalah bahwa dia tidak menetes, tidak meninggalkan sisa bakar dan tidak larut dalam bensin; sifat-sifat yang besar artinya dalam keperluan penerbangan dan telah memberinya tempat yang tetap disamping minyak- minyak mineral yang telah mendesaknya walaupun daya pelumasnya yang cukup besar Selain itu biji Jarak ricinus kaya akan enzyme lipase yang dapat menguraikan lemak dan minyak menjadi asam-asam lemak yang bebas dan glycerin. Asam lemak tersebut dapat dipergunakan oleh pabrik lilin, dan setelah dinetralisir dengan soda atau kalium karbonat (potas), menghasilkan sabun keras atau lunak. Di perusahaan-perusahaan batik, minyak jarak berperan juga dalam pewarnaan kain katun yang akan diberi warna dengan mengkudu. Bahkan akhir-akhir ini dengan peningkatan harga BBM dimulai penanaman tanaman jarak besar-besaran untuk alternatif lain dari bahan bakar minyak yang dipadukan dengan paket reboisasi lahan kritis sehingga bisa berpengaruh positif bagi perekonomian dan juga kelestarian lahan di seluruh nusantara.

9. MACAM-MACAM JENIS JARAK , Ada banyak sekali jenis jarak yang dapat tumbuh di tanah air kita antara lain :
A. Jarak Kepyar /Jepang ( Ricinus communis). Jenis ini laku di pasaran dunia yang dikenal dengan nama castor oil plant. Jenis ini berbuah sekali dalam setahun (semusim), dengan ciri buah muda berwarna hijau dan berubah coklat setelah tua. Buahnya berduri lemah seperti rambutan. Bijinya mengandung Glycoprotein yang bersifat racun dan orang sering menyebutnya Ricin.

B. Jarak Pagar /Cina (Jatropha curcas ) Jenis ini berbuah terus menerus (tahunan). Jenis jarak ini yang dianjurkan ditanam, yaitu: - Asembagus 22 : kandungan minyak 55-57% - Asembagus 60 : kandungan minyak 48-52% - Asembagus 81 : kandungan minyak 51-54% Komposisi biji jarak terdiri dari 20% kulit dan 80% biji (daging), mengandung 40-60% minyak. Kandungan minyak mentahnya 32-48% dan sisanya adalah ampas.

L. Penyebab dan pengendalian penyakit pada tanaman Jatropha curcas
a. Penyakit Layu Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum, dimana Gejala awal terlihat adanya beberapa daun layu, terutama pada bagian bawah. Jika penyakit terus berkembang daun bagian bawah kering kemudian rontok tinggal batangnya saja sehingga tanaman gundul. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati. Perakaran tanaman yang sakit busuk basah. Jika dibelah , terlihat pembuluh maupun empulur berubah coklat. Pada saat gejala awal ketika dimasukkan ke dalam air terlihat eksudat yang merupakan masa bakteri keluar. Pengamatan mikroskopis terlihat adanya masa bakteri yang menyumbat pembuluh. Penyakit ini berkembang pada kondisi lembab dan panas.


Saran pengendalian : Tanaman yang sakit dicabut kemudian tanahnya diberi bakterisida. Stek yang akan ditanam untuk mengganti tanaman yang telah dicabut direndam terlebihh dahulu sekitar 30-60 menit di dalam larutan bakterisida. Untuk mencegah penyebaran penyakit tanaman sekitarnya disemprot dengan bakterisida, terutama di bagian pangkal batang dan perakaran (Titiek Yulianti, Cece Suhara, dan Nurul Hidayah/Peneliti)

b. Penyakit Busuk Arang

Penyebab penyakit tanaman Jatropha curcas ini yaitu jamur Rhizoctonia bataticola yang mana tanaman yang berpenyakit ini ditandai dengan Tanaman dan seluruh daun layu tiba -tiba, dalam waktu kurang dari satu mingggu tanaman mati. Namun kadang-kadang perkembangan penyakit lambat daun bagian bawah yang layu sempat menguning terlebih dahulu sebelum akhirnya rontok. Jika penyakit terus berlanjut tanaman mati. Jika tanaman dicabut perakaran busuk kering berbecak-becak hitam. Pada gejala lanjut, kulit luar pangkal batang tersobek-sobek dan terlihat pustul hitam (tanda panah) yang merupakan sklerosia jamur. Penyakit ini banyak menyerang tanaman jarak yang di mana sebelumnya tanam kapas juga terserang busuk arang. Penelitian di laboratorium menunjukkan benih jarak yang berasal dari biji juga bisa diserang patogen ini jika sumber inokulum cukup banyak.

Saran pengendalian : mampu menghambat pertumbuhan jamur penyemprotan dengan larutan organeem dengan dosis 5-10 ml/l di mana setiap tanaman diberi 25 ml larutan organeem pada pangkal batang mampu menghambat perkembangan penyakit (Titiek Yulianti, Cece Suhara, dan Nurul Hidayah/Peneliti)

c. Hama penggorok daun
Penyakit ini disebabkan oleh Hama Acrocercops. Sp . penyakit ini diawali dengan Perubahan ekologi apapun pada pertanaman lambat laun akan menimbulkan masalah pada pertanaman tersebut. Banyak contoh yang sudah diperoleh pada jarak pagar. Salah satu diantaranya adalah perpindahan tanaman inang hama dari ubi kayu ke jarak pagar.



M. Manfaat yang terkandung pada tanaman Jatropha curcas
1. Kesehatan
Jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan salah satu tanaman yang multiguna. Selain kegunaan utamanya sebagai penghasil bahan bakar (biofuel), seluruh bagian tanaman dapat digunakan sebagai bahan obat untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Di Indonesia, jarak pagar digunakan juga sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit

Tabel . Ramuan dan takaran pembuatan obat dari jarak pagar ( Jatropha curcas ) di indonesia.

Jenis penyakit Ramuan Cara pembuatan Cara pemakaian
1. Cacing keremi Daun jarak pagar segar 4 helai , minyak kelapa 2 sendok makan Dipepes kemudian dipanaskan sebentar Ramuan dioleskan pada anus menjelang tidur malam, pagi harinya cacing keremi diambil dengan kapas
2. Luka Minyak jarak pagar 1 sendok teh, belerang ¼ sendok teh, serutan kayu secang 1 jari tangan , vaselin 2 sendok makan Dipanaskan hingga meleleh kemudian, diaduk , selagi hangat serutan kayu secang di ambil dan ramuan diaduk terus sampai dingin Dioleskan pada luka
3. Pencahar ringan Daun jarak pagar segar 4 helai dikukus Dimakan sebagai lalap
4. Sakit perut pada anak Daun jarak pagar segar 3-4 helai minyak kelapa secukupnya Daun dioles minyak kemudian dilayukan di atas api kecil Diremas dengan hati-hati ditempelkan pada perut , kemudian diikat dengan gurita

Di beberapa negara (Tabel 2) , jarak pagar digunakan sebagai obat rakyat atau etnomedicine, di antaranya adalah untuk penyakit ; kanker, luka bakar, batuk, penyakit kulit, sakit perut (diare), disentri, eksim, demam, gonorhoe, sipilis hernia, reumatik, tetanus, peradangan, penyakit kuning, penyakit syaraf, kelumpuhan, proses kelahiran, pneumoni, kudis, pegal-pegal pada pinggang, luka, sariawan, tumor, borok, bisul, framboesia (patek), asam urat, dsb.

Tabel 2. Penggunaan bagian tanaman jarak pagar sebagai obat tradisional (etnomedicine) di berbagai negara.

No Negara Penyakit Bagian tanaman yang digunakan
1. Mauritius Ascitis limbs Minyak urut
2. Kamerun Radang sendi Jamur rebusan daun
3. Kolumbia Penyakit kelamin, Luka bakar, Ambeien, Cacing, Borok dan bisul Jamur rebusan daun
4. Bahama Panas dalam perut Rebusan daun
5. Costa rica Luka bakar, Ambeien, cacing , borok dan bisul Tapal daun
6. Guatemala Merangsang ASI Daun dipanaskan , diletakkan diatas payudara
7. Kuba Sakit gigi Getah
8. Barbados Marasmus Teh daun jarak
9. Panama Penyakit kuning Teh daun jarak
10. Venezuela Disentri Rebusan akar

Kandungan kimia Jatropha curcas
Setiap 100 g biji mengandung 6,6 g H2 O, 18,2 g protein, 3,8 g lemak, 33,5 g total karbohidrat, 15,15 g serat dan 4,5 g abu. Biji dilaporkan juga mengandung saccharose, raffinose, stachyose, glucose, fructose, galactose, protein, minyak, curcasin, arachidic, oleic, linoleic, myristic, palmitic dan stearic-acids. Daun mengandung isovitexin dan vitexin. Selain itu, daun mengandung senyawa antileukemia, amyrin, ßsitosterol, stigmasterol dan campesterol, 7-keto-ß-sitosterol, stigmast -5-ene-ß, 7 -a-diol, dan stigmast -5-ene-3ß, 7 ß-diol.



Keracunan
Biji sangat beracun. Bila dimakan dapat menimbulkan keracunan, dengan tanda tanda, seperti pusing, mual, sakit perut, dan mencret. Pengobatan dengan memberikan obat pencahar atau memuntahkan, meminum madu, gula merah, dan air asam. ( Yang Nuryani/Peneliti Utama )

2. Ekonomi
Secara fisik, tanaman jarak (Jatropha curcas) tidak memiliki fungsi lebih selain sebagai tanaman pagar. Buahnya tidak bisa dikonsumsi karena bisa menyebabkan keracunan. Masyarakat di daerah pedesaan sering memanfaatkan tanaman ini untuk mengobati susah buang air besar pada anak bawah lima tahun (balita) atau menghilangkan sakit gigi dengan meneteskan getah pohon jarak ke gigi yang berlubang. Padahal, jika dicermati, tanaman yang mudah tumbuh di berbagai tempat ini memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Semua bagian tanaman ini berguna. daunnya bisa untuk makanan ulat sutra, antiseptik, dan antiradang, sedangkan getahnya bisa untuk penyembuh luka dan pengobatan lain. dari sekian banyak manfaat yang dikandung tanaman jarak, manfaat paling tinggi berasal dari buahnya. Meski tidak bisa dikonsumsi manusia, daging buah jarak dapat digunakan untuk pupuk
hijau dan produksi gas, sementara biji jarak dari varietas tidak beracun bisa digunakan untuk pakan ternak. Lebih dari itu, buah jarak ternyata juga mampu mengantikan peran bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang saat ini harganya kian melambung dan ketersediaannya di perut bumi mulai menipis. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), bekerja sama dengan Mitsubishi Research Institute, Jepang, yang saat ini konsen menciptakan bahan bakar alternatif dengan tingkat emisi rendah sesuai dengan kesepakatan Protokol Kyoto untuk menurunkan emisi buangan BBM. Kelebihan minyak jarak sebagai penggerak mesin sebenarnya bukan merupakan hal baru. Jepang pada saat Perang Dunia II sudah menggunakan minyak ini sebagai bahan bakar pesawat tempur dan peralatan perang lainnya. Tapi, seiring dengan kekalahan Jepang oleh Sekutu, popularitas minyak jarak mulai ditinggalkan. Begitu pula dengan masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) yang zaman dahulu sering memanfaatkan minyak jarak sebagai pengganti minyak tanah. Sebenarnya, banyak keampuhan yang dikandung minyak yang dihasilkan dari biji jarak ini. Selain dapat menggantikan peran solar untuk mesin diesel, minyak jarak memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan bahan bakar yang digantikannya. Kelebihan utama yang dikandung minyak jarak alami ini adalah kandungan emisi. Berdasarkan hasil penilitian, kadar emisi gas sulfur (SOx), nitrogen (NOx), dan karbon minyak jarak ternyata jauh lebih rendah dibandingkan dengan solar. “Minyak jarak bisa menggantikan minyak diesel untuk menggerakkan generator pembangkit listrik. Pohon jarak bisa ditanam di hampir semua wilayah Indonesia. Minyak jarak sangat membantu membangkitkan energi listrik daerah terpencil dan minyak ini bisa diproduksi sendiri oleh komunitas yang membutuhkan listrik, tak kalah menarik, nilai ekonomis yang cukup tinggi juga bisa dihasilkan dari minyak ini. Apalagi proses penciptaan minyak jarak juga tidak terlalu rumit dan bisa dilakukan oleh siapa saja dengan peralatan seadanya. Caranya kukus buah jarak selama satu jam. Lalu, daging dihancurkan dengan mesin blender. Setelah itu, daging buah dan biji yang sudah dihancurkan dimasukkan ke dalam mesin tempa minyak. Dengan penekanan dongkrak hidrolik, ampas diperas hingga menghasilkan minyak. Setiap 10 kilogram biji jarak yang sudah dihancurkan akan menghasilkan 3,5 liter minyak jarak sebagai pengganti solar. Minyak ini berwujud seperti minyak goreng, yaitu kental, licin, dan baunya tidak mencolok. Dengan kemudahan tersebut masyarakat mampu memproduksi bahan bakar yang sangat ekonomis ini.


N. Kesimpulan

Tanaman Jatropha curcas merupakan tanaman multifungsi yang sangat berguna bagi kesehatan sebab dari semua organ tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit . pakan ternak , tempat biakan ulat sutra , dan lain-lain . tanaman ini juga dimanfaatkan oleh berbagai negara untuk mengobati penyakit. Selain dapat digunakan untuk kesehatan, kini tanaman tersebut diolah menjadi bahan bakar pengganti solar yang mana ketersediaannya semakin menipis di bumi, dengan kehadirannya sebagai pengganti bahan bakar alternatif yang murah ini berarti mengurangi pengeluaran masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

O. Saran

Dengan kehadiran penemuan tanaman jarak yang kini dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti solar kiranya perlu mendapat sambutan dari masyarakat. tak hanya bermanfaat untuk menggantikan solar. Minyak jarak ternyata juga bisa memberikan keuntungan berlimpah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu Pendapatan masyarakat akan dapat bertambah jika bagian lain tanaman juga dimanfaatkan, misalnya dengan memelihara ulat sutra serta beternak.
Banyaknya kelebihan yang dimilik tanaman jarak tentu akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Yang pasti, jika produksi minyak jarak oleh masyarakat sudah berjalan, tak hanya masyarakat yang diuntungkan. Program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pun dipastikan akan berhasil. Lebih dari itu, pemerintah tak lagi perlu mengimpor BBM yang membutuhkan banyak dana karena masyarakat telah mampu menciptakannya sendiri.





P. Daftar pustaka

Anonim________. Klasifikasi tumbuhan tinggi. [online].Tersedia:http://www.google.search+klasifikasitumbuhan tinggi.html.com [3 Februari 2009].

Anonim________. Jatropha curcas. [online]. Tersedia:http//puslitbangbun.litbang.deptan.go.id [ 3 Februari 2009].
Anonim________. Jatropha curcas. [online]. Tersedia: http://www.beritaiptek.com
[ 3 Februari 2009].
Anonim________. Biodiesel . [online]. Tersedia: http://www.tropilab.com/biodiesel1.html [ 3 Februari 2009].
Anonim________. Jatropha curcas. [online]. Tersedia: http://www.irwantoshut.com
[ 3 Februari 2009].
Anonim________. (jarak) [online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/jarak
[ 3 Februari 2009].
Anonim________. Jatrohpa curcas (jarak) [online]. Tersedia: http : // Jatropha Curcas L.
[ 3 Februari 2009].
Rustaman (Rustaman’s file). 2007. Botani Phanerogamae. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : UPI Press.
Sudarsono. Dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang : UM Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Dosen Botani Phanerogamae. 2009. Petunjuk Praktikum Botani Phanerogamae. Bandung : UPI Press.